Aditif
makanan atau bahan tambahan makanan adalah semua bahan kimia yang dimasukkan
dalam makanan guna untuk meningkatkan kualitas, keenakan, keunikan makanan, dan
lain-lain. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan
buatan atau sintetis.
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:
• MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
• Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
• Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
• Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:
• MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
• Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
• Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
• Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.
Maka dari
itu pemerintah menagtur penggunaan bahan aditif makanan scara ketat dan juga
melarang pengguanaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulakan
masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian
guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah
KANDUNGAN
ZAT ADDITIF PADA KEMASAN
TABEL ZAT
ADITIF PADA MAKANAN
KZA
ID NAMA
PRODUK JENIS MAKANAN KANDUNGAN ZAT ADDITIVE
1 Chitato
Makanan Ringan TBHQ,MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB
2 Chitos
Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, pewarna, NaB, MSG
3 Piattos
Makanan Ringan KCl, AAS, pewarna, NaB, MSG
4 French
Fries Makanan Ringan NaB, pewarna, Si, FF, AS, MSG
5 Potato
Chips Makanan Ringan NB, FF, pewarna, AS, MSG
6 Potato
Steak Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, MSG
7 Happy Tos
Makanan Ringan KB, SB, pewarna, NaB, FF, MSG
8 Balls
Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB, Si
9 Taro
Makanan Ringan NB, FF, AS, CaCO3, KB, NaB, DG, DI, MSG
10 Double
Dekker Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, NaB, pewarna, AS
11 Jet Zet
Makanan Ringan KB, SB, MSG, NaB, FF, TBHQ, pewarna, KCO3, NB
12 Twisko
Makanan Ringan DG, DI, KCO3, FF, TBHQ, TBHQ, MSG
13 Mie Remes
ABC Makanan Ringan MSG, KB, SB, NaB, FF, pewarna, NB, Aas
14 Indomie
Goreng Makanan Siap Saji Fe, PK, P, pewarna, AF, MSG, KB, SB, Aas, NB
15 Selera
Rakyat Makanan Siap Saji MSg, NaK, NaB, KCO3, G, pewarna, KB
16 Sedap
Makanan Siap Saji Tk, AR, MSG, pewarna, NB, NaB, KB, CaB
17 ABC
Makanan Siap Saji MSG, NB, KB, CaB, TBHQ, Fe, PK, AF
18 Sarimie
Makanan Siap Saji MSG, NB, MNG, MH, pewarna, AF, Fe
19 Gaga
Makanan Siap Saji TF, MSG, NB, MNG, P, PK
20 Mi Duo
Makanan Siap Saji MSG, Ng, NB, MNG, AF, AR
21 Salam Mie
Makanan Siap Saji NaK, KCO3, Po, G, pewarna, Fe, Af, MSG
22 POP Mie
Makanan Siap Saji P, PK, Ng, MSG, AF, NB, MNG, Po
23 CUP
Noodles Makanan Siap Saji pewarna, PK, F, Hp, Ps
24 Mie Gelas
Makanan Siap Saji P, TBHQ, PK, MSG, MNG, NB
25 Mie Soun
Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF
26 Al-Ham
Mie Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF, TF
27 Sambal
Asam Manis Kokita Bumbu dalam Botol Al, Ast, AS,MSG,Sk,AB,Ph
28 Sambal
Terasi Kokita Bumbu dalam Botol SB,MSG,Sk,AB,Bt
29 Sambal
Bajak Kokita Bumbu dalam Botol SB,NB,MSG,Sk,Bt
30 Sambal
Kecap Kokita Bumbu dalam Botol Pt,SB,MSG,Sk
31 Sambal
Tauco Kokita Bumbu dalam Botol SB,Bd,MSG,Sk,Krt, NB
32 Sambal
Balado Kokita Bumbu dalam Botol NB,Ast,SB,MSG,pewarna
33 Sambal
Bangkok Kokita Bumbu dalam Botol Aa,Ca,La,SB,MSG,pewarna,NB
34 Sambal
Indofood Bumbu dalam Botol Tkl,MSG,SB,pewarna,NB
35 Sambal
Sasa Bumbu dalam Botol MSG,pewarna,P,Ast,NB,SB
36 Saus
Tomat Lombok Bumbu dalam Botol NB,pewarna,MSG,Sk,AS,P,KB,Bd
37 Saus Raja
Rasa Bumbu dalam Botol MSG,NB,Ca,Sk,pewarna
38 Saus
Tiram Bumbu dalam Botol pewarna,MSG,Sk,Ca,NB,Ks
39 Kecap
Sate Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,NB,P
40 Kecap
Indofood Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,Sk,pewarna,P,MSG
41 Kecap Cap
Dorang Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,P,NB,MSG
42 Kecap
Bango Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,MSG,P
43 Kecap
Piring Lombok Bumbu dalam Botol NB,MSG,P,Sk
44 Kecap ABC
Bumbu dalam Botol MSG,P,Sk,NB
45 Saus
Inggris Bumbu dalam Botol Vn,Gr,Sa,NB,MSG,P,Sk
46 Santan
Kara Bumbu Pelengkap dalam Kemasan Plastik MSG,Sk,P,NB,TBHQ
47 Cip
Corned Beef Makanan Kaleng Nn,Po,N,Bd,Pn,Dg,MSG,Sc,Dim,Sn
48 Cip
Soppini Makanan Kaleng TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
49 Corned
ABC Makanan Kaleng MNG,Nn,Bd,Pn,Sn
50 Sosis
Champ Makanan dalam Kemasan Plastik Bd,Nn,TBHQ,Po,Pt
51 Sosis
Farm House Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
52 Sosis
Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,TBHQ,Po,Sn,Bd
53 Sosis
Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik NB,Bd,Po,Pt
54 Bakso
Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,MSG,Po,TBHQ,B
55 Bakso
Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,B,MSG,Po,Sn,NB
56 Qeju-Qeju
Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,CaB,NB,N,Nn,Re,Pt,SB,An
57 Kraft
Singles Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,NB,Kn,Nn,Re,Pt,SB,An,G
58 Blue Band
Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,Ks,Ss,NB,CaB,KB
59 Palm Boom
Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik NB,CaB,KB,Kst
60 Simas
Margarin Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,KB,NB,CaB,Ss,Ks
61 Chox
Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
62 Golia
Permen Sg,Gl,M,Al,El,Pp,pewarna
63 Fruitella
Permen AS,Ga,Gs,A,pewarna
64 Trebor
Permen Am,AS,Ml,Em,pewarna
65 Big Babol
Permen Gb,Gl,Sr,AS,pewarna
66 Gulas
Permen pewarna,At,AS
67 Travella
Permen Hm,M,CA,pewarna
68 Relaxa
Permen pewarna,M,Hm
69 Station
Rasa Permen AS,A,pewarna
70 Tango
Permen CA,A,pewarna
71 Manise
Permen AS,A,pewarna,Sk,P,Sl
72 Tamarin
Permen At,AS,Sk
73 Plonk
Permen Sg,Gl,M,Al,Pp
74 Kopiko
Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
75 Hexos
Permen Gl,M,Al,El,Pp
76 Sugus
Permen AS,Ga,Gs,F,pewarna
77 Collins
Permen P,F,AS,Am,Gl
78 Boom
Permen M,CA,AS,Hm,Gl
79 Pindy
Mint Permen M,Hm,F,AS,pewarna
80 Hulabaloo
Biskuit Ab,R,Pn,Sn,NB
81 Tops
Biskuit Sl,Ab,NB
82 Gery
Biskuit S,Pn.Sn,NB
83 Nyam-nyam
Biskuit Ab,Em,NB,Ft
84 Twister
Biskuit Ab,D,NB,Ft
85 Bricko
Biskuit D,SB,NB,Sl,Ab
86 Selamat
Biskuit V,Sl,Ab
87 Good Time
Biskuit Ab,NB,V,Sl
88 Micmac
Biskuit Ab,F,pewarna,NB,SB
89 Trenz
Biskuit Ab,pewarna,V,Sl,MSG
90 Dueto
Biskuit Ab,NB,SB
91 Snips
Snaps Biskuit Ab,Sl,S,Pp,SB,NB
92 Trakinas
Biskuit Ab,NB,pewarna,F,Sl
93 Oops
Biskuit pewarna,Hp,NB,MSG
94 Oreo
Biskuit Ab,NaB,NB
95 Ritz
Biskuit Am,Pr,MNG,Kf
96 Tropicool
Jelly NB,AS,Kr,Pc,pewarna
97 Okky
Jelly I,Ks,Pe,pewarna
98 Inaco
Jelly NB,AS,I,Pc,pewarna
99 Mariza
Selai AS,Ks,pewarna
100 Welco
Selai AS,pewarna,NB,Ks,P
101 Harry
Selai pewarna,NB,AS,Ks,Pt
102 Pido
Selai NB,AS,Ks,P,pewarna
103 Iduna
Selai NB,Ks,AS,P,pewarna,Pt,I
104 Fresh
Pemanis dalam botol NB,P,pewarna,CaB,KB,Bd,P,Pe
105 Marjan
Pemanis dalam botol pewarna,NB,KB,Pe
106 Abc
Pemanis dalam botol pewarna,Pe,P,Cab,Nb
107 Coffe
Mocca Pemanis dalam botol Pe,NB,KB,P,pewarna
108 Leo
Pemanis dalam botol P,Pe,pewarna,CaB,NB
109 Pocarri
Sweat Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,CaCl,Kal,Mg,Prs
110 Fanta
Minuman dalam kaleng Mg,Prs,pewarna,KB,CaB,NB,Bd
111 Green
Sand Minuman dalam kaleng Prs,CaB,KB,Bd,Mg
112 Sprite
Minuman dalam kaleng Prs,Mg,AS,Kal,NB
113
Coca-cola Minuman dalam kaleng KB,NB,Mg,Kal,AS
114 Diet
Coke Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal
115 Pepsi
Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal,Prs
116 Calpico
Water Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,Kal,Mg,Prs
117 Sunkist
Minuman dalam kaleng pewarna,Prs,NB,Kal
118 Fruit
Tea Minuman dalam kaleng Ps,TBHQ,Prs,F,pewarna,NB
119 Ribena
Minuman dalam kaleng Ps,Prs,pewarna,NB,AS
120 Go-go
Mnuman dalam kaleng Prs,pewarna,NB,AS
B. Zat
Aditif dalam Bahan Makanan
Setiap hari
kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan
untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein).
Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan
pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya
suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma,
atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh
tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih
zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan
yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini
dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh setiap hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu
makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam
makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan
punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang
hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula termasuk bahan
tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya
garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif
makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk
memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan
gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya (perhatikan
Gambar 8.7). Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat: 1.
memperbaiki kualitas atau gizi makanan; 2. membuat makanan tampak lebih
menarik; 3. meningkatkan cita rasa makanan; dan 4. membuat makanan menjadi
lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat-zat aditif tidak hanya
zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan
berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan
bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat
pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1. zat
aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat; 2 zat
aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami
yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat
dan asam askorbat. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat
aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, penyedap
rasa, pemutih, anti kempal, anti oksidan, pengatur keasaman, pengemulsi,
pemantap dan pengental. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan
pada kemasannya,
1. Zat
Pewarna
Pemberian
warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang
biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat
pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu.
zat warna
yang berasal dari pigmen tumbuhan yang banyak terdapat pada klorofil (terdapat
pada daun-daun yang berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan
sayuran lain yang berwarna oranye-merah) dan kokineal. Zat pewarna alami yang
biasa digunakan antara lain daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat
(coklat), wortel (orange). Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami
terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan
dari bahan-bahan kimia.
b. Zat
pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna
alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan
warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Pewarna buatan
untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan
bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui
ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu:
Warna kuning
: tartrazin, sunset yellow
Warna merah
: allura, eritrosin, amaranth, carmoisine
Warna biru :
biru berlian
Warna oranye
:sunsetyellow FCF
Kelebihan
pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang
lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna
yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami
proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami
degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
Beberapa zat
pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua
zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman.
Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman
(pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu
harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna.
Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada
makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan
minuman.
Berdasarkan
sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye
merupakan zat bewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye
biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan.
Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu
zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna
kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air
atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat
Pemanis
Zat pemanis
berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat
pemanis alami.
Pemanis ini
dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat
pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami
berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami
secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah
gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung
pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat
pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis
buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis
(diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti
pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat,
magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam (lihat Gambar 8.12), dan dulsin.
Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan
yang lebih
tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30
kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam
natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan
dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan
dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan
karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan
sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga
merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam
siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa
sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan
penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan
pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat
Pengawet
Ada sejumlah
cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum
walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan
zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat
pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman
agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah,
atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena
bakteri/jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih
dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan,
setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas
dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal
kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman
tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan, seperti ditunjukkan
pada Gambar 8.13. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat
dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
a. Zat
pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai
untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan
untuk mengawetkan ikan.
b. Zat
pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia.
Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat
atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam
natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk
mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu
natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan
daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman
penyegar juga termasuk zat pengawet. Selain pengawet yang aman untuk
dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan
makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai
untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati.
Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan
asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk
mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet
ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba
penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga
lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti
dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks
termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi
kesehatan, di antaranya: a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan
kulit; b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat; c.
terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan d. menyebabkan kematian jika
ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun
tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di
negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet
sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan
makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan
sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi
dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas
makanan.
Zat ini
ditambahkan dengan tujuan mengawetkan makanan/minuman sehingga tahan lama dan
tidak mudah rusak/busuk. Penggunaan zat ini harus tidak mempengaruhi kesehatan
tubuh dalam jumlah yang tidak berlebih. Ada salah satu jenis zat pengawet yang
berbahaya bagi tubuh meskipun sedikit penggunaannya. Zat itu adalah ‘boraks’
yang biasa dijual dengan nama ‘anti buluk’ yang ditambahkan pada berbagai
makanan terutama makanan berterigu, juga formalin yang aslinya merupakan
pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat.. Boraks dan formalin sudah
dinyatakan terlarang untuk dimakan sekalipun dalam jumlah yang sedikit, tapi di
Indonesia zat ini masih sering digunakan.
Pengawet
lainnya yang biasa dipakai antara lain ;asam benzoat, asam sorbat, natrium dan
kaliumnya, belerang diaksoda, metil atau propel p-hidroksi benzoate, natrium
bisulfit (biasanya ditambahkan pada sirup, saus tomat, terasi, minuman ringan,
ikan yang diawetkan, sosis, margarine, manisan, kecap), asam propionat, natrium
dan kaliumnya, kalium nitrat dan nitrit, natrium nitrat dan nitrit yang biasa
digunakan pada daging, keju, roti dan ikan asap.
4. Zat
Penyedap Rasa dan Aroma
Di Indonesia
terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita
rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit,
bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Selain zat penyedap cita rasa yang
berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil
asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur
dengan zat penyedap ini;
b. etil
butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil
asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil
valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma
seperti buah apel.
Penyedap
sintetis lainnya adalah mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam
cuka, benzaldehida, amil asetat, dll
5. Zat
Pemutih
Zat aditif
ini dipakai untuk memutihkan warna bahan makanan, misalnya ammonium pesulfat,
asam askorbat dan kalium bromat yang biasa dipakai pada tepung, kalium
peroksida dan natrium stearil fumarat yang biasa ditambahkan pada roti, adonan
biscuit, adonan kue, tepung roti.
6. Zat Anti
Kempal
Zat aditif
ini ditambahkan pada makanan yang berbentuk bubuk dengan tujuan agar tidak
mengempal atau menggumpal. Contohnya adalah kalsium, aluminium natrium, dan
kalsium aluminium silikat yang biasa ditambahkan pada garam meja, gula bubuk,
soda kue dan makanan lain yang berbentuk bubuk.
7. Zat
Antioksidan
Zat
antioksidan ditambahkan pada makanan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan.
Zat itu antara lain Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT),
asam askorbat dan tokoferol.
8. Zat
Pengatur Keasaman
Zat ini
berfungsi untuk menjadikan makanan lebih asam, lebih basa atau untuk
menetralkan makanan, biasa digunakan pada minuman, buah maupun sayuran
kalengan. Zat ini antara lain aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam
laktat
9. Zat
Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Zat ini
ditambahkan pada makanan untuk memperbaiki kehomogenan dan stabilitas. Contoh :
monogliserida, digliserida, lesitin, gelatin, garam fosfat, kalsium glukonat,
kalsium sitrat, agar-agar, asam alginat dan gom. Di Indonesia sering digunakan
borax dan bleng (jawa) yang berbahaya bagi kesehatan.
ZAT ADIKTIF
Zat adiktif
adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme
hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau
adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara
terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau
rasa sakit luar biasa.
Penyalahgunaan
zat adiktif lebih merupakan masalah sosial. Pencegahannya harus ditangani
secara terpadu, khususnya antara aspek tatanan kehidupan sosial, hukum dan penegakannya,
administrasi dan pengawasan obat, pendidikan, serta terapi dan rehabilitasi
‘korban’ ketergantungan zat adiktif tersebut. Ketergantungan zat adiktif adalah
penyakit yang dibuat oleh manusia sendiri. Terapi dan rehabilitasinya
bergantung kepada manusia itu sendiri pula. Berbeda dengan masalah
penanggulangan masalah zat adiktif yang lebih merupakan masalah sosial, masalah
penanganan ‘pasien” ketergantungan zat merupakan masalah medikososial.
Zat
Psikoaktif (Zat Adiktif)
Zat
psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
perubahan aktivitas mental-emosional dan perilaku. Apabila digunakan terus
menerus akan menimbulkan ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai
zat adiktif). Walaupun zat psikoaktif tertentu bermanfaat bagi pengobatan,
tetapi apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar
pengobatan, akan sangat merugikan yang menggunakan.
Tiga
golongan zat yang termasuk kategori ini ialah opioda tanaman ganja, dan kokain.
Dalam Ilmu
Kedokteran Forensik, narkotika dan obat pada umumnya digolongkan sebagai racun,
sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi biokimia
yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian. Penyakit atau kematian itu
tentunya bergantung pada takaran (dosis), cara pemberian, bentuk fisik dan
struktur kimia zat, serta kepekaan korban. Kepekaan korban dipengaruhi pula
pada usia, penyakit terdahulu atau yang bersamaan, kebiasaan, keadaan
hipersensitif tertentu, dan sebagainya. Narkotika masuk ke dalam tubuh koban
dapat akibat unsur kesengajaan ataupun kebetulan. Kesengajaan dapat akibat ulah
orang lain (penganiayaaan atau pembunuhan) maupun akibat ulah diri sendiri
(penyalahgunaan atau usaha bunuh diri). Sedang unsur kebetulan dapat terjadi
akibat kecelakaan industri, keteledoran dalam rumah tangga, kesalahan
pengobatan, dan lain-lain.
Golongan
opidia terdiri dari turunn opium dan zat sintetiknya, seperti misalnya morpin,
diasetilmorfin atau diamorfin (dikenal sebagai heroin, smack, horse, dope),
metadon, kodein, oksikodon (percodan, percocet), hidromorfin (dilaidid,
levodromoran), pentazosin (talwin), meferidin (demerol, petidin), dan
propoksipen (darvon). Turunan opium menjadi sangat beragam dan luas
pemakaiannya karena penggunaan medik dan kemajuan ilmu farmakologi. Jenis-jenis
opidia yang digunakan dalam dunia kedokteran jarang sekali disalahgunakan
karena ketatnya pengendalian dan pemantauan berdasarkan peraturan legal. Heroin
adalah opidia yang paling sering disalahgunakan di dunia dengan penggunaan
melalui suntikan.
1. Faktor
Predisposisi Ketergantungan Obat
Alasan atau
latar belakang penggunaan zat adiktif berbeda-beda namun biasanya akibat
interaksi beberapa faktor. Beberapa orang mempunyai risiko lebih besar
menggunakannya karena sifat atau latar belakangnya yang disebut faktor risiko
tinggi atau faktor kontributif, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
faktor individu dan faktor lingkungan.
2. Faktor
individu meliputi :
Faktor
konstitusi (a.l kerentanan sistem neurotransmitter, temperamen bawaan) atau
faktor biologik dan genetik. Secara biologik, mekanisme kerja opioid didalam
susunan saraf pusat akan diterangkan di bagian lain buku ini. Peran faktor
genetik pada ketergantungan opioid belum dapat dibuktikan.
Faktor
kepribadian, yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :
- impulsif,
diekspresikan dalam bentuk tidak dapat menunda keinginan
- tidak
mampu mengatasi perasaan-perasaan tidak enak (painful affect; misalnya amarah,
rasa bersalah, kecemasan, ketakutan), takut akan kegagalan.
- perasaan
rendah diri, tidak mempunyai keyakinan diri yang mantap, kesulitan dalam
mengungkapkan perasaan.
- toleransi
terhadap frustasi yang rendah
- menghindar
dari tanggungjawab tetapi menuntut hak.
- mengalami
depresi, baik yang jelas maupun yang terselubung, yang sering disertai
kecemasan dan perilaku agitatif yang didasari agresi yang terpendam.
- Ciri-ciri
individu penyalah guna zat ialah :
- rasa ingin
tahu yang kuat dan ingin mencoba
- tidak
bersikap tegas terhadap tawaran/pengaruh teman sebaya.
- penilaian
diri yang negatif (low self-esteem) seperti merasa kurang mampu dalam
pelajaran, pergaulan penampilan diri atau tingkat/ status sosial ekonomi yang
rendah.
- rasa
kurang percaya diri (low self-confidence) dalam menghadapi tugas
- mengurangi
rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
- tidak
tekun dan cepat jenuh
- sikap
memberontak terhadap peraturan/tata tertib
- pernyataan
diri sudah dewasa
- identitas
diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang tua/penggantinya yang
kurang berjalan dengan baik, atau gangguan identitas jenis kelamin, merasa diri
kurang jantan.
- defresi,
cemas, hiperkinetik
- persepsi
tidak realistic
-
kepribadian dissosial (perilaku menyimpang dari norma yang berlaku)
-
penghargaan sosial yang kurang
- keyakinan
penggunaan zat sebagai lambang keperkasaan atau kemodernan (anticipatory
belief)
- kurang
menghayati ajaran agama
Faktor
lingkungan meliputi :
- mudah
diperolehnya zat adiktif
- tekanan
dari teman sebaya
- komunikasi
orangtua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
- orangtua
atau anggota keluarga lainnya menggunakan zat adiktif
- lingkungan
sekolah yang tidak tertib
- lingkungan
sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan bakat para
siswanya.
Tingkat
Pemakaian Zat Adiktif.
Terdapat
beberapa tingkatan pemakaian adiktif, yaitu :
a. Pemakaian
coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa
ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti menggunakannya dan sebagian lain
meneruskan.
b. Pemakaian
sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi
atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian
lagi meningkat ke tahapan selanjutnya.
c. Pemakaian
situasional (situasional use) pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu
(ketegangan, kesedihan, kekecewaan) dengan maksud menghilangkan perasaan
tersebut.
d.
Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat
patologik atau klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah
terjadi gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaannya.
e.
Ketergantungan (defendence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila
pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya.
Komplikasi
medik yang khas untuk setiap jenis zat :
- opioida :
obstipasi kronik, gangguan menstruasi, dan impotensi
- ganja :
bronkhitis, imunitas seluler menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi,
aliran darah koroner diperburuk, fungsi kognitif terganggu.
- kokain :
ulserasi/perforasi septum nasal, aritmia kordis, malnutris anemia.
- amfetamin
: pendarahan intrakranial, aritma kordis, malnutrisi anemia
- alkohol :
gastritis, perlemakan hati, sirosi hepatis, kanker saluran cerna,
kardiomiopati, gangguan metabolisme lemak, karbohidrat dan protein, cacat
bawaan pada janin.
- inhalasia
: toksis terhadap hati, otak, sumsum tulang, ginjal, dan otot jantung.
Beberapa
Batasan
Beberapa
istilah yang sebaiknya diketahui antara lain :
1. Zat
psikoaktif : adalah obat, bahan atau zat yang apabila masuk ke dalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas mental emosional, cara
berfikir, persepsi dan perilaku seseorang (kini disebut NAZA, NAPZA, narkoba)
2.
Penyalahgunaan zat (sunstance abuse) adalah penggunaan zat oleh seseorang
secara berlebihan, bukan untuk tujuan pengobatan (tanpa petunjuk dokter),
sehingga menimbulkan hendaya atau hambatan dalam kehidupan sosial, sekolah dan
pekerjaan.
3.
Ketergantungan zat (substance dependence) ialah terdapatnya ketergantungan
fisik terhadap zat, yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus
zat.
4.
Ketergantungan psikologik (craving) ialah suatu keadaan yang menimbulkan
perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk mengulang kembali
untuk mendapatkan sensasi tersebut dan menimbulkan perasaan tidak senang bila
menghentikan pemakaiannya.
5. Sindroma
putus zat (withdrawal) tanda atau gejala berupa keluhan fisik yang spesifik
yang timbul setelah dilakukan penghentian atau pengurangan zat yang sebelumnya
digunakan secara teratur oleh individu.
6.
Intoksikasi/keracunan kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat
yang dosisnya
7. Toleransi
adalah peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama semakin banyak, untuk
mendapatkan efek yang sama. Banyak sekali jenis obat-obatan yang beredar dan
gampang didapat dijalanan dari SEOrang pengedar (Bandar/BD) yang nongkrong
ditempat-tempat tertentu bahkan teman mainpun dapat menawarkan zat-zat
tersebut. Awalnya diberikan secara gratis sampai pengguna Napza menjadi
kecanduan, akhirnya mereka harus membeli sendiri dan harus.. harus.. harus…
sehingga muncul budaya kriminalitas (berbohong) manipulasi, mencuri, menggadai
barang, merampok).
Heroin
- Nama beken
: Putaw, putih, bedak, pete, etep, white
-
Jenis-jenis : banana, snow white
- Bentuk
penampilan : berbentuk seperti bedak, berwarna putih dan dijual di dalam kertas
(paketan)
- Cara pakai
: disedot melalui hidung (inhalasi), diseot melalui mulut (ngedrag), suntikan
intra vena (kipe/nyepet/cucaw)
- Efek
setelah pakai : mata sayu, muka pucat tidak konsentrasi, hidung gatal,
mual-mual (bagi pemula) mengantuk, bicara tidak jelas dan cadel, menjadi
pendiam.
- Efek
negatif : Badan jadi kurus karena kurang nafsu makan, sulit berfikir, susah
untuk konsentrasi, menjadi pemarah, sangat sensitif, gangguan fungsi lever dan
ginjal, dapat menyebabkan kelumpuhan, vertigo bahkan kematian bila over dosis
- Gejala
putus : Mata berair, hidung berair, mual-mual, perut sakit, bulu kuduk berdiri
(merinding), keringat keluar secara tak wajar, mulut mengucap, sukar tidur,
merasa sangat kedinginan, nyeri otot (kejang) dan nyeri tulang belulang, nyeri
kepala, mudah marah emosional.
Cannabis
- Nama beken
: cimeng, rumput atau grass, hash, mariyuana
-
Jenis-jenis : budha stick, ganja, hashis (minyak/lemak ganja)
- Bentuk
penampilan : berbetuk daun kering yang sudah dirajang kering dan ditempatkan
(biasanya) dalam sebuah amplop kecil berukuran 25 x 15 cm.
- Cara pakai
: dilinting seperti rokok dan dihisap, dimakan
- Efek
setelah pakai : Kantung mata membengkak dan merah, bengong, pendengaran
berkurang, susah berfikir/konsentrasi, perasaan menjadi gembira dan selalu
tertawa untuk hal-hal yang tidak lucu, pandangan kabur, ingin tidur terus,
nafsu makan besar.
- Efek
negatif : perasaan tidak tenang, rasa gelisah & panik, cepat marah,
kebingungan depresi, halusinasi, gangguan dalam menilai realitas.
Ectasi
- Nama beken
: kancing, I, Inex
-
Jenis-jenis : Electric, Buterfly, Bon Jovi, Madona, Gober, dll
- Bentuk
penampilan : berbentuk pil/kapsul
- Cara pakai
: dikunyah, dikulum, ditelan dengan air mineral
- Efek
setelah pakai : Energik, mata sayu, muka pucat, rasa pusing, detak jantung yang
cepat, hilang nafsu makan.
- Efek
negatif : syaraf otak rusak, dehidrasi, liver rusak dan fungsi tidak baik
tulang dan gigi keropos, syaraf mata rusak, waktu tidur terganggu dan selalu
Shabu-Shabu
- Nama beken
: Ubas, SS, mecin
-
Jenis-jenis : Gold silver, coconut, crystal
- Bentuk
penampilan : bola kristal sebesar batu ketikil yang berbentuk serbuk
- Cara pakai
: dibakar diatas alumunium foil udara dihisap melalui alat yang disebut bong
(botol dengan beberapa sedotan)
- Efek
setelah pakai : bersemangat, tidak bisa diam, selalu gembira tidak ingin makan,
tidak bisa tidur
- Efek
negatif : Paranoia, otak sulit berfikir dan konsentrasi, kesehatan terganggu
karena dapat menyerang fungsi lever dan darah, waktu tidur terganggu dan tidak
nafsu makan.
- Gejala
putus : Cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak bisa berfikir baik dan
jadi tidak bersemangat, defresif, ide mencelakakan/membunuh diri sendiri atau
orang lain.
Nikotina
Nikotina
adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami
pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae)
seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering
tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun.
Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku
berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan
kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya karsinogenik terbatas
yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan
tetapi nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel-sel
kanker.
Zat Adiktif
merupakan zat atau bahan kimia yang bisa membanjiri sel saraf di otak khususnya
"Reward Circuit"atau jalur kesenangan dengan dopamine, yaitu zat
kimia yang mengatur sifat senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya.
Sebagai
kunci untuk hidup, otak sudah diatur untuk memastikan orang mengulangi kegiatan
yang menyenangkan. Dorongan yang berlebih dari sensasi yang menyenangkan,
mengajarkan otak untuk mengulang kegiatan yang mengarah kepada pendambaan yang
sering diluar control dan seiring waktu gambaran dari ketagihan oleh otak
dimunculkan dalam bentuk fisik berupa penilaan, mempelajarinya, ingatan dan
perasaan dari hati.
Zat Adiktif
dapat mempengarui otak dalam berbagai cara :
• Stimulant
( membuat orang merasa lebih energik).
• Depressant
(Membawa rasa relaksasi ).
•
Hallucinogens ( Mengubah cara seseorang mengalami pengalaman secara nyata).
Zat Adiktif
bisa legal atau illegal, nah yang tergolong legal :
• Caffeine,
contohnya : kopi, teh, soda, dan minuman untuk olahraga, dan kopi yang memiliki
kira-kira 2 kali lebih banyak kafein diantara lainnya, nah jika berlebih maka
akan menyebabkan kesulitan tidur, peningkatan denyut jantung, sakit kepala ,
gelisah dan mual.
• Nikotin ,
contohnya : rokok, cerutu, potongan nikotin , kopi dan nikotin merupakan
stimulant, yang meningkatkan dopamine dan adrenaline. Adrenalin berlebih akan
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengarah ke tingginya gula
darah.
• Alkohol,
contohnya : Wine ( anggur), bir, ( beer), Liquor) alcohol adalah jenis yang
termasuk Depressant yang mempengaruhi sistem saraf yang mengarah pada
relaksasi, kantuk, koma, dan kematian.
• Inhalants,
contohnya : erosol, solvents ( bahan untuk pembersih), gas nitrat, produk ini
mulai dari cat thinner, hair spray ke tangki propane, inhalasi yang tinggi sama
dengan alcohol, bahkan 1 kali penggunaan inhalasi dapat membunuh atau
menyebabkan gagal jantung.
Beberapa Zat
Adiktif yang khusus tersedia atau digabung dengan resep obat :
•
Amphetamine, contohnya speed, crystal meth, merupakan tergolong stimulant yang
meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, tujuannya untuk pengobatan, namun
banyak oknum yang mensalahgunakan dalam dosis berlebih untuk pecandu.
•
Sedative-hypnotic, atau obat-obat hipotik, contohnya Benzodiazepines Xanax,
Valium, barbiturates, Seconol, phenobarbital. Benzodiazepines juga tergolong
Depressants karena dapat menurunkan aktivitas otak. Ini merupakan resep obat
untuk insomnia, gelisah, dan serangan gejala bipolar dan depresi. Bahkan
sebagian keci dari obat tidur, digunakan untuk obat mati rasa, bisa menyebabkan
koma, gejala pernapasan atau kematian.
• Opioids,
contohnya: Heroin, morfin, oxycodone, kodein dan obat bius lainnya, nah bahan
campuran obat ini untuk penghilang rasa sakit, dan berbahaya bila
disalahgunakan, karena akan menyebabkan kecanduan dan rusaknya otak dan tubuh
kita.
Berikut yang
tergolong Zat Adiktif yang Ilegal :
• Cannabis,
contohnya : Mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat si pemakai relaks dan
jika penggunaan lebih maka akan menimbulan perasaan bahagia rohani dan jasmani,
dan halusinasi, pengunaan jangka panjang dapat membuat kecanduan dan merusak
saraf.
• Cocain,
contohnya : kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa bahagia jasmani,
rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju gejolak depresi dan paranoia,
penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup, dibakar dan disuntik. Zat ini bisa
menyebabkan kerusakan otak, tubuh dan kecanduan.
•
Hallucinogens, contohnya, LSD, Ecstasy, zat ini bisa mengubah perasaan,
perubahaan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri, dan pemakai tetap
akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem saraf, dan prilaku emosi yang
tidak terkontrol.
•
Phencyclidine ( PCP), contohnya : Angel dust, ketamin , zat ini menyebabkan
mati rasa, dan penggunaan hanya untuk hewan, pemakai zat ini bisa mengubah
sifat seseorang menjadi keras, pemarah, bunuh diri dan kontraksi otot dan retak
tulang.
Alkohol
Alkohol
sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang
etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol,
atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam
dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam
ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia,
alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia
sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Gugus
fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi
sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'.
Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol
dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol sekunder yang
paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah
2-metilpropan-2-ol.
Rumus kimia
umum alkohol adalah CnH2n+1OH'
Pengawet
Alkohol juga
dapat digunakan sebagai pengawaet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil)
alkohol
Alkohol
dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Ethanol dan methanol dapat dibuat
untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline atau diesel. Alkohol dapat
digunakan sebagai antifreeze pada radiator. Untuk menambah penampilan Mesin
pembakaran dalam, methanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan
Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk,
menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
Nama-nama
untuk alkohol
Ada dua cara
menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.
Nama umum
biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan kata
"alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil
alkohol".
Nama IUPAC
dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a"
terakhir, dan menambah "ol". Contohnya, "metanol" dan
"etanol".
pH
Alkohol
adalah asam lemah.
Metanol dan
etanol
Dua alkohol
paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil
alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:
H H H
| | |
H-C-O-H
H-C-C-O-H
| | |
H H H
metanol
etanol
Alkohol umum
• isopropil
alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau
alkohol gosok
• etilena
glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama dalam
antifreeze
• gliserin
(atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam
minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
• Fenol
adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Alkohol
digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan
bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal
di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai
bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman,
maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated
spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus.
Jenis
Narkoba Berbahaya
Narkoba
adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat berbahaya. Kadang
disebut juga Napza(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif). Zat-zat tersebut
dapat membuat berbagai efek samping seperti Halusinasi, ketagihan, dan efek
psikologi lainnya. Cara penggunaan bisa melalui suntikan, dimakan, dihisap,
atau dihirup. Contoh zat-zat berbahaya yang dikonsumi dengan cara dihisap
adalah Opium yang menggunakan pipa hisapan.
Zat-zat
berbahaya tersebut tergolong menjadi;
• Narkotika
•
Psikotropika
• Zat-zat
Adiktif
Narkotika
Narkotika
berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius.
Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum
(Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni
maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan syaraf yang dapat
membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti
sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:
• Ganja atau
Cannabis(kanabis) atau Marijuana/Marihuana/Mariyuana
• Heroin
atau Putaw
• Morfin
• Kokain
• Opium atau
Opioid atau Opiat atau Candu
• Codein
atau Kodein
• Methadone
(MTD)
• LSD atau
Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs
• PC
• mescalin
• barbiturat
• Demerol
atau Petidin atau Pethidina
•
Dektropropoksiven
• Hashish
(Berbentuk tepung dan warnanya hitam. Ia dinikmati dengan cara diisap atau
dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini dikatakan agak tidak berbahaya hanya
karena jarang membawa kematian)
Psikotropika
Psikotropika
adalah bahan lain yang tidak mengandung narkotika, merupakan zat buatan atau
hasil rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Mempengaruhi atau
mengubah keadaan mental dan tingkah laku pemakainya. Jenis-jenisnya adalah:
• Ekstasi
atau Inex atau Metamphetamines
• Demerol
• Speed
• Angel Dust
•
Shabu-shabu(Sabu/Syabu/ICE)
•
Sedatif-Hipnotik(Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum
• Megadon
• Nipam
Zat Adiktif
Zat adiktif
adalah zat-zat yang bisa membuat ketagihan jika dikonsumsi secara rutin.
• Alkohol
• Nikotin
• Kafein
• Zat
Desainer
Kafeina
Kafeina
Nama
Sistematis
1,3,7-trimetil-
1H-purina- 2,6(3H,7H)-dion
Nama lain
1,3,7-trimetilksantina, trimetilksantina,
teina,
metilteobromina
Identifikasi
Nomor CAS
[58-08-2]
Nomor RTECS
EV6475000
SMILES
C[n]1cnc2N(C)C(=O)N(C)C(=O)c12
Sifat
Rumus molekul
C8H10N4O2
Massa molar
194,19
g•mol−1
Penampilan
bubuk putih tidak berbau
Densitas
1,2 g•cm−3,
padat
Titik leleh
227-228 °C
(anhidrat) 234-235 °C (monohidrat)
Titik didih
178 °C
(menyublim)
Kelarutan
dalam air
22 mg•mL−1
(25 °C)
180 mg•mL−1
(80 °C)
670 mg•mL−1
(100 °C)
Keasaman
(pKa) −0,13 – 1,22[1]
Momen dipol
3,64 D
(terhitung)
Bahaya
MSDS
External
MSDS
Bahaya utama
Berakibat fatal apabila terhirup, tertelan
ataupun
terserap melalui kulit.
NFPA 704
1
2
0
Titik nyala
N/A
LD50
192 mg/kg
(tikus, oral)[2]
Kecuali
dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada
temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)
Sangkalan
dan referensi
Kafeina
kafein ialah
senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja
sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan[5]. Kafeina ditemukan
oleh SEOrang kimiawan Jerman, Friedrich
Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein"
untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi.[6] Kafeina juga disebut guaranina
ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina
ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada
senyawa kimia yang sama.
Kafeina
dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola,
guarana, dan maté. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida alami yang
melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman
tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji
kopi dan daun teh.
Kafeina
merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir
rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi,
teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina merupakan zat psikoaktif yang
paling banyak dikonsumsi di dunia.
Sumber utama
kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi,
tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan[16]. Secara
umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas
arabica) kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL)
kopi. Umumnya, kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena
proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafeina pada biji
tersebut.[17][18] Kopi varietas arabica umumnya mengandung kadar kafeina yang
lebih sedikit daripada kopi varietas robusta.[16] Kopi juga mengandung sejumlah
kecil teofilina, namun tidak mengandung teobromina.
Teh
merupakan sumber kafeina lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafeina yang
lebih tinggi daripada kopi, umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh
lebih rendah. Kandungan kafeina juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang
berbeda. Teh mengandung sejumlah kecil teobromina dan kadar teofilina yang
sedikit lebih tinggi daripada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang baik
untuk menentukan kandungan kafeina.[19] Sebagai contoh, teh seperti teh hijau
Jepang gyokuro yang berwarna lebih pucat mengandung jauh lebih banyak kafeina
daripada teh lapsang souchong yang berwarna lebih gelap.
Kafeina juga
terkandung dalam sejumlah minuman ringan seperti kola. Minuman ringan biasanya
mengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafeina per sajian. Kafeina pada
minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu sendiri
ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana,
bahan utama pembuatan minuman energi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan
jumlah teobromina dan teofilina yang kecil.[20]
Coklat yang
didapatkan dari biji kakao mengandung sejumlah kecil kafeina. Efek rangsangan
yang dihasilkan oleh coklat berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina,
dan kafeina.[21] Coklat mengandung jumlah kafeina yang sangat sedikit untuk
mengakibatkan rangsangan yang setara dengan kopi. 28 g sajian coklat susu
batangan mengandung kadar kafeina yang setara dengan secangkir kopi yang
didekafeinasi.
Akhir-akhir
ini, berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafeina ke dalam produk-produk
mandi mereka (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafeina dapat diserap melalui
kulit.[22] Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan,
karena kafeina tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit.[23]
[sunting] Sejarah
Metabolisme
dan ketoksikan
Kafeina
mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi
aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina,
molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya
berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya
menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan
mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak
jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot,
mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa
dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmitter
dopamine di otak.
Kafeina
dapat dikeluarkan dari otak dengan cepat, tidak seperti alkohol atau perangsang
sistem saraf pusat yang lain sehingga tidak mengganggu fungsi mental tinggi dan
tumpuan otak. Konsumsi kafeina secara berkelanjutan akan menyebabkan tubuh
menjadi toleran terhadap kehadiran kafeina. Oleh sebab itu, jika produksi
internal kafeina diberhentikan (dinamakan "pelepasan
ketergantungan"), tubuh menjadi terlalu sensitif terhadap adenosina dan
menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak yang seterusnya mengakibatkan
sakit kepala dan gejala-gejala lainnya. Kajian terbaru menyebutkan kafeina
dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson, tetapi hal itu masih memerlukan
kajian mendalam.
Terlalu
banyak kafeina dapat menyebabkan peracunan (intoksikasi) kafeina (yaitu mabuk
akibat kafeina). Antara gejala penyakit ini ialah keresahan, kerisauan,
insomnia, keriangan, muka merah, kerap kencing (diuresis), dan masalah
gastrointestial. Gejala-gejala ini bisa terjadi walaupun hanya 250 mg kafeina
yang diambil. Jika lebih dari 1g kafeina dikonsumsi dalam satu hari, gejala
seperti kejang otot (muscle twitching), kekusutan pikiran dan perkataan,
aritmia kardium (gangguan pada denyutan jantung)m dan gejolak psikomotor
(psychomotor agitation) bisa terjadi. Intoksikasi kafeina juga bisa mengakibatkan
kepanikan dan penyakit kerisauan.
Walaupun
masih aman bagi manusia, kafeina, teofilina, dan teobromina (pada kakao) lebih
meracun bagi sebagian hewan, seperti kucing dan anjing karena perbedaan dari
segi metabolisme hati.
Aditif makanan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
selai kacang dibuat dengan pengental
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan
dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur,
flavor dan memperpanjang daya simpan.[1]
Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein,
mineral
dan vitamin.[1]
Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu.[1]
Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan
buatan atau sintetis.[1]Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.[1]
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva).[1] Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.[1]
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:Penguat rasa
Kristal monosodium glutamat digunakan sebagai penguat rasa
Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan
buatan dan juga untuk melezatkan makanan.[1]
Adapun penguat rasa
alami diantaranya adalah bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar.[1]
Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat/vetsin,
asam cuka, benzaldehida, amil asetat.[1]Pemanis
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis.[1] Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, dan aspartam.[1] Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang bersifat karsinogen.[1]Pengawet
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan.[2] Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya.[2] Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba.[2] Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.[2]Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.[2] Penggunaan pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.[2] Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari berbagai warna.[2] Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan.[2] Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140.[2] Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).[2]Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu.[2] Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).[2]Pengemulsi
Gom arab sebagai agen pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat
yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan
sebaliknya.[3]
Pada mayones
bila tidak ada pengemulsi,
maka lemak
akan terpisah dari airnya.[3]
Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom
arab dan gliserin.[3]Lain-lain
Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti[3]:- antioksidan, seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol (vitamin E),
- pengikat logam,
- pemutih, seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit,
- pengatur keasaman, seperti aluminium amonium sulfat, kalium sulfat, natrium sulfat, asam laktat,
- zat gizi,
- anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida.
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis.[3] Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.[3] Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya.[3] Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.[3]Undang-undang
Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan[4]:- Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.
- Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Kehalalan
Daftar Bahan tambahan makanan yang termasuk kelompok diragukan kehalalannya[5]:
Tabel 1 Daftar
Bahan tambahan makanan yang diragukan kehalalannya[5]
|
|
Bahan makanan
|
Alasan
|
Potasium nitrat (E252)
|
Dapat dibuat dari limbah hewani atau sayuran.
Digunakan untuk pengawet, kuring,
mempertahankan warna daging. Contoh pada sosis, ham, keju
Belanda.
|
L-asam tartarat (E334)
|
|
Turunan asam tartarat E335, E336, E337, E353 (dari E334)
|
Dapat berasal dari hasil samping industri wine
antioksidan, buffer,
pengemulsi, dll.
|
Gliserol/gliserin (E422)
|
|
Asam lemak dan turunannya, E430, E431, E433, E434, E435,
E436
|
Dapat berasal dari turunan hasil hidrolisis
lemak hewani. Pengemulsi, penstabil, E343: antibusa. Terdapat pada produk
roti dan kue, donat,
produk susu (es
krim), desserts beku, minuman, dll.
|
Pengemulsi yang dibuat dari gliserol dan/atau asam lemak
(E470 – E495)
|
Dapat dibuat dari hasil hidrolisis lemak hewani untuk
menghasilkan gliserol
dan asam lemak sebagai pengemulsi, penstabil, pengental, pemodifikasi
tekstur, pelapis, plasticizer, dll. Terdapat pada Snacks, margarin, desserts,
coklat, cake, puding.
|
Edible bone phosphate (E542)
|
Dibuat dari tulang hewan, anti craking agent,
suplemen mineral. Terdapat pada makanan suplemen.
|
Asam stearat
|
Dapat dibuat dari lemak hewani walaupun secara komersil
dibuat secara sintetik dari anticracking agent.
|
L-sistein E920
|
Dapat dibuat dari bulu hewan/unggas dan di Cina dibuat
dari bulu manusia. Sebagai bahan pengembang adonan, bahan dasar pembuatan
perisa daging. Untuk produksi tepung dan produk roti, bumbu dan perisa.
|
Wine vinegar dan malt vinegar
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar